METRO-88.blogspot.com. Jakarta- Ahok dikenal sebagai orang yang ceplas-ceplos dan berprinsip straight to the point (langsung ke pokok permasalahan tanpa bertele-tele). Sedangkan Anies datang dengan membawa angin perubahan di mana dirinya mengusung konsep santun dan berbudi pekerti kebalikannya dari Ahok. Setelah waktu berlalu, kini perubahan keduanya pun terlihat jelas. Ternyata pada debat Mata Najwa Senin kemarin telah membuka mata kita akan perubahan tersebut.
Begini Perubahan Anies Makin Emosional, Makin Ngawur Dan Lebih Arogan Dari Ahok Yang Sekarang
Ahok yang dulunya lantang dan keras sekarang sudah semakin kalem dan tidak lagi berapi-api seperti dulu. Ini juga terlihat dari debat kemarin, yang juga diamini oleh Djarot, bahwa Ahok cukup bisa mengendalikan emosinya. “Saya betul-betul angkat topi pada Pak Ahok yang bisa mengendalikan emosinya,” kata Djarot. Tapi Anies malah kebalikannya, terlihat emosian dan kurang bisa mengontrolnya, sangat tajam dalam menyerang. Ada apakah gerangan? Apakah tekanan dari pendukung kian besar atau sudah mengeluarkan pengorbanan yang sangat banyak sehingga harus menang?
Kalau benar begitu, ya wajar saja stres dan pada akhirnya emosional. Bedanya dengan Ahok adalah dia nothing to lose, tidak mengeluarkan uang pribadi untuk kampanye karena sudah disumbang rakyat dalam jumlah yang fantastis. Bebannya enteng sehingga tidak merasa berat dalam perjalanan. Sedangkan Anies ibarat membawa tas punggung yang isinya puluhan kilo, jalan pun tidak nyaman, capek dan akhirnya emosian.
You see, Anies yang dulunya mencitrakan diri sebagai sosok santun, ternyata terbuka juga lapisan topengnya satu per satu. Ahok yang dulunya dicitrakan arogan malah sekarang kalah dengan arogannya Anies. Ini dikarenakan pernyataan Anies yang ingin memberhentikan atau memecat Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi sorotan publik. Ini adalah reaksi bodoh yang tak saya sangka bisa keluar dari mulut seorang calon pemimpin. Awalnya Najwa Shihab menanyakan Anies perihal kepemimpinan Anies yang santun, tidak tegas dan tidak berani pecat anak buah.
Dan beginilah cerdasnya jawaban Anies, “Tidak mungkin memecat anak buah? Sekarang saja saya sedang berusaha memberhentikan Pak Basuki dari gubernur. Jadi bagaimana kita nggak berani, apalagi anak buahnya, gubernurnya aja mau diberhentiin.”
Kalau benar begitu, ya wajar saja stres dan pada akhirnya emosional. Bedanya dengan Ahok adalah dia nothing to lose, tidak mengeluarkan uang pribadi untuk kampanye karena sudah disumbang rakyat dalam jumlah yang fantastis. Bebannya enteng sehingga tidak merasa berat dalam perjalanan. Sedangkan Anies ibarat membawa tas punggung yang isinya puluhan kilo, jalan pun tidak nyaman, capek dan akhirnya emosian.
You see, Anies yang dulunya mencitrakan diri sebagai sosok santun, ternyata terbuka juga lapisan topengnya satu per satu. Ahok yang dulunya dicitrakan arogan malah sekarang kalah dengan arogannya Anies. Ini dikarenakan pernyataan Anies yang ingin memberhentikan atau memecat Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi sorotan publik. Ini adalah reaksi bodoh yang tak saya sangka bisa keluar dari mulut seorang calon pemimpin. Awalnya Najwa Shihab menanyakan Anies perihal kepemimpinan Anies yang santun, tidak tegas dan tidak berani pecat anak buah.
Dan beginilah cerdasnya jawaban Anies, “Tidak mungkin memecat anak buah? Sekarang saja saya sedang berusaha memberhentikan Pak Basuki dari gubernur. Jadi bagaimana kita nggak berani, apalagi anak buahnya, gubernurnya aja mau diberhentiin.”
Coba perhatikan kalimat Anies dengan teliti. Sebesar apa kekuasaan Anies yang hanya calon gubernur bisa memecat Ahok? Memangnya situ Presiden? Memang Anies ingin menjadi seorang gubernur dan kalau menang pastilah menggantikan posisi Ahok pada Oktober 2017 nanti. Tapi dengan mengatakan dirinya akan memberhentikan Ahok adalah sikap arogan yang saya lihat didasari oleh emosi yang tidak terkontrol. Saya sendiri tidak menyangka jawabannya akan seperti itu.
Lagipula jawaban seperti ini sungguh lucu, membuat saya teringat saat dirinya menjabat sebagai Mendikbud. Dia sendiri tidak sadar sudah pernah diberhentikan, eh sekarang malah bilang ingin memberhentikan Ahok, entah dengan cara apa. Lagipula itu bukan memberhentikan, tapi memang harus berhenti karena kalah Pilkada. Sungguh tidak nyambung. Untung saja Ahok tidak membalas, “Bagaimana mungkin Pak Anies yang seorang calon gubernur bisa memberhentikan saya. Yang bisa itu adalah contohnya Presiden memecat menteri.” Mungkin emosinya akan mendidih di luar batas titik didih.
Untung saja Ahok cukup kalem dan bijak dalam merespon. “Saya kira kalau mau pecat saya bukan tergantung Pak Anies sih, tapi tergantung warga Jakarta. Kontrak saya sampai Oktober 2017. Dalam hal ini, saya memang anak buahnya Pak Anies karena saya pelayan warga Jakarta. Jadi kalau mau pecat saya, bukan sebagai calon gubernur tapi sebagai warga DKI,” kata Ahok.
Nah itu dia jawaban yang logis. Yang bisa memecat Ahok adalah warga DKI Jakarta yang lebih banyak tidak memilihnya lagi di putaran kedua, bukan Anies. Jawaban tidak logis yang diutarakannya sekali lagi memperlihatkan dirinya yang kurang bijak dalam menjawab, dan jawaban yang keluar pun terkesan arogan. Sebegitu bencinyakah pada Ahok, atau jangan-jangan—semoga asumsi saya salah—benci pada Jokowi sehingga melampiaskannya pada Ahok? Tidak masuk akal juga sih. Yang pasti, transformasi Anies terlihat jelas di sini. Kalau didokumentasikan dalam bentuk video, mungkin bisa terlihat jelas perubahan yang terjadi, before dan after.
Why? Saya punya satu kesimpulan. Beban. Seperti yang saya bilang, Anies-Sandi punya beban yang besar karena pengorbanannya besar, sedangkan Ahok nothing to lose. Menang syukur, kalah pun lebih syukur lagi karena banyak yang mengincar jasanya. Saya yakin banyak perusahaan yang rela menggajinya dengan angka berkali lipat dari gaji Gubernur DKI.
Selanjutnya
loading...
0 Response to "PENDUKUNG ANIES SANDI MEMBELOT DUKUNG AHOK DJAROT, PRABOWO MARAH BESAR..!!!"
Post a Comment